Selasa, 27 November 2012

DESA PENGLATAN


DESA PENGLATAN

 Desa yang teletak di Kota Singaraja, Kec. & Kab. Buleleng. Desa Penglatan memiliki 4 banjar. Banjar2 tersebut adalah Banjar Kajanan, Banjar Kelodan, Banjar Sanih & Banajar Dauh Tukad. Desa Penglatan di sebelah Barat berbatasan dengan desa Petandakan & Banyuning, Sebelah Utara berbatasan dengan desa Banyuning, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jinangdalem, sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Alasangker. Di Desa Penglatan terdapat 3 Pura yang di sungsung oleh seluruh masyarakat yang ada di penglatan. Pura2 itu adalah Pura Dalem Alit, Pura Dalem Purwa, & Pura Kencana Mas (Pura Bukit).

  1. Nama Desa                  : Desa Pengelatan
  2. Visi dan Misi
Visi
Terwujudnya masyarakat Desa Penglatan yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, sehat dan sejahtera, sehingga dapat meningkatkan tarap hidup masyarakat.
Misi
Mewujudkan Desa Penglatan sebagai desa yang memilki sumber daya manusia, dan mampu menjaga tradisi kebersamaan dalam membangun desa yang lebih baik.

  1. Luas Wilayah Desa Penglatan   : 186,193 Ha
  2. Letak Dan Batas Desa Penglatan
Desa Penglatan terletak pada posisi 115. 7.20 LS 8. 7.10 BT, dengan ketinggian kurang lebih 250 M diatas permukaan laut.
Batas Desa Penglatan
Utara                      : Kelurahan Penarukan
Timur                     : Desa Jinangdalem
Selatan                   : Desa Alas Sangker
Barat                      : Kelurahan Banyuning dan Desa Petandakan
  1. Jarak Pemerintahan Ke
a.   Kecamatan             : Kurang lebih 6 Km
b.   Kabupaten             : Kurang Lebih 5 Km
c.   Provinsi                  : Kurang lebih 80 Km
  1. Jumlah Penduduk Desa Penglatan         : 3.582 Jiwa, Yang terdiri dari ;
a.   Laki-laki                 : 1.797 Jiwa
b.   Perempuan             : 1.785 Jiwa
  1. Mata pencaharian penduduk
NO
PEKERJAAN
JUMLAH
1
Petani
401
2
Pelajar/Mahasiswa
404
3
Ibu rumah tangga
503
4
Pedagang
59
5
Pegawai swasta
102
6
Pensiunan
35
7
Guru/Dosen
30
8
Industri/wiraswasta
39
9
TNI/Polri
15
10
Dokter
1
11
Buruh tani/ buruh harian lepas
901
12
Bidan/ tenaga medis lainnya
10
13
Pegawai negeri
95
14
Belum bekerja/tidak bekerja
400
15
Lainnya
587

Total
3.582


8.         ORGANISASI YANG ADA DI DESA PENGELATAN
a. Desa Pengelatan terdiri dari 4 banjar Dinas, yaitu :
Banjar Dinas sanih
Banjar Dinas Kajanan
Banjar Dinas Kelodan
Banjar Dinas Dauh Tukad
b. Desa Pengelatan terdiri dari 1 Desa Pakraman yaitu Desa Pakraman Pengelatan terdiri dari 2 Banjar Adat yaitu :
Banjar Adat Kajanan
Banjar Adat Kelodan
c.Desa Pengelatan mewilayahi 2 Subak yaitu :
Subak Anyar
Subak Babakan Aungan
d. Organisasi yang ada di Desa Pengelatan antara lain :
Organisasi Karang Taruna Dharma Bakti Desa Pengelatan
Organisasi Teruna Teruni Kusuma Mekar
Organisasi Sekehe Shanti Kusuma Kencana
Organisasi  Sekehe Gong Gede Laki-laki “ Gema Kencana Mas “
Organisasi Sekehe Gong Gede Perempuan  “ Gema Kencana Mas “
Organisasi  Sekehe Gong Gede Anak-anak  “ Jaya Puspita “
Organisasi  Suka Duka “ Eka Budi Satwam “

9. POTENSI YANG DI KEMBANGKAN DI DESA PENGELATAN
Bidang Pertanian : Tanaman Padi, Tembakau, Mangga, Pisang, Durian, Rambutan dll.
Bidang Peternakan  :  Yang di kembangkan peternakan Sapi, Kambing, Ayam potong, atau pedaging, itik dll.
Bidang Pariwisata  :  -
Bidang Kerajinan  :  Anyaman Bambu, Ukir Kayu, Ukir Pasir, Ukir Paras, Tenun Songket dll.
Dibidang Usaha Ekonomi Produktif  :  Yang di kembangkan adalah usaha Dodol ( Usaha ini sangat berpotensi di Desa Pengelatan, terbukti usaha ini sudah sangat terkenal diluar desa Pengelatan  di Kabupaten Buleleng bahkan sudah sampai ke Propinsi Bali.

10. SARANA PENDIDIKAN YANG ADA DI DESA PENGLATAN
1.      TK (1 unit) = TK Satya Kumara Desa Penglatan
2       SD (4 Unit) = SD No 1 Penglatan,SD No 2 Penglatan,SD No 3 Pengelatan,SD No 4 Penglatan
3.      SMP (1 Unit) = SMP Negeri 5 Singaraja
11. JUMLAH PENDUDUK YANG MEMILIKI KARTU KELUARGA (KK) DAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) SEBANYAK 1.972 JIWA

12. SARANA KESEHATAN YANG ADA DI DESA PENGLATAN ANTARA LAIN :
a.1 Unit Bangunan Polindes
b. 4 unit sarana posyandu
1.Posyandu Sandat Banjar Dinas Sanih
2.Posyandu Anggrek Banjar Dinas Kajanan
3.Posyandu Melati  Banjar Dinas Kelodan
4.Posyandu Mawar Banjar Dinas dauh Tukad

13.SARANA DAN PRASARANA MEDIA INFORMASI DI DESA P[ENGLATAN
a. Jumlah sarana Komputer pada kantor Kepala Desa Penglatan sebanyak 4 unit :
1 unit Komputer Pentium 2
2 unit computer Pentium 4
1 unit computer cor duo
b. Jumlah penduduk yang mempunyai televise dan radio : Kurang lebih 901 KK
c. Jumlah penduduk yang berlanggana Koran : Kurang lebih 20 KK
d. Jumlah penduduk yang memiliki telepon dan hp : kurang lebih 2.250 jiwa
e. Jumlah penduduk yang mempunyai computer : kurang lebih 50 kk


''Renganis'' dari Penglatan Buleleng
Seni Tembang Tradisional yang Nyaris Punah
Desa Penglatan Kecamatan Buleleng, bisa dibilang seperti sebuah laboratorium untuk mengolah berbagai jenis seni suara dan sastra lisan. Memang, sejak tahun 1980-an kelompok-kelompok pesantian yang menembangkan berbagai jenis seni suara dan sastra, seperti kekawin, kidung dan geguritan, berkembang pesat di seluruh pelosok Bali. Namun tampaknya hanya para seniman di Desa Penglatan yang lebih berani memberi sentuhan nada-nada unik dalam tiap tembang-tembang yang mereka lantunkan. Atas keberanian itulah kemudian tumbuh sebuah kesenian langka dan teramat khas. Namanya seni renganis, sebuah seni yang memadukan berbagai unsur suara, seperti suara gamelan, geguritan, dan suara binatang, yang semua perpaduan itu dimainkan hanya dengan suara mulut.
Seni renganis lahir dan tumbuh dari sebuah kultur masyarakat agraris yang punya kecintaan begitu kental terhadap alam dan lingkungan. Diperkirakan, seni suara itu lahir sekitar tahun 1930-an. Saat itu, para seniman-tani masih punya waktu yang sangat luang untuk membuat karya seni bermutu tanpa pernah memperhitungkan imbalan. Suasana penciptaan saat itu masih begitu bergairah, sehingga dalam sebuah desa akan tercipta berbagai jenis kesenian meski tak seluruhnya bisa berkembang hingga kini. Renganis termasuk salah satu jenis yang bisa hidup hingga kini meski berkali-kali pernah ''pingsan'' dan nyaris ''mati''.
Renganis adalah singkatan dari kalimat reng ane manis -- nada yang manis. Berdasar penuturan Nyoman Budarsa, seorang sesepuh seni renganis di Penglatan, kesenian itu awalnya diciptakan oleh dua seniman sekawan, Gusti Made Putra dan Pan Madra. Awalnya Gusti Made Putra begitu terpukau mendengar suara katak atau gadagan di tengah sawah atau tepi jurang, terutama pada musim hujan. Katak yang jumlahnya bisa puluhan ekor itu bisa secara bersamaan memainkan suara yang berbeda-beda dengan cecandetan yang sangat rapi dan terdengar sangat indah.
Gusti Made Putra kemudian menciptakan sebuah garapan seni dengan mengkombinasikan lagu-lagu yang terdengar manis, seperti pupuh pangkur dan dandang, dengan tiruan suara gadagan. Garapan itu terus disempurnakan dengan teman-teman lainnya dalam tiap suasana istirahat sehabis bekerja di sawah. Hasil dari permainan itu akhirnya tercipta sebuah kesenian renganis. Pan Mandra kemudian menciptakan berbagai jenis ongkek-ongkekan (cecandetan khas suara katak) yang membuat renganis itu menjadi terdengar lebih ritmis sekaligus jenaka.
Renganis dimainkan oleh sekelompok orang yang kalau dalam musik pop bisa dipadankan dengan sebuah kelompok vokal tanpa musik. Dalam renganis, masing-masing orang memainkan nada yang berbeda-beda sehingga sebuah lagu akan terdengar sangat atraktif, meriah yang terkadang diselipi nada jenaka. Dalam istilah Bali, lagu-lagu itu dimainkan dengan suara mecandetatan. Dalam perkembangan selanjutnya, renganis terus mengalami pergulatan kreasi, kolaborasi dan modifikasi. Misalnya, mulai masuknya unsur-unsur cerita dalam tiap lagu-lagu yang dimainkan.
Biasanya ceritanya diambil dari kisah-kisah kerajaan atau kisah panji, seperti Raden Putra Kahuripan dan Galuh Daha. Selain itu, jenis-jenis cecandetan-nya juga makin beragam sehingga lagu-lagu yang dimainkan menjadi makin manis sekaligus bernas. Meski sama-sama menggunakan musik mulut, renganis sangat berbeda dengan cak yang berkembang di Badung dan Gianyar atau dengan seni genjek dan cakepung yang tumbuh pesat di Buleleng dan Karangasem. Cak, meski juga memainkan cecandetan dengan suara yang berbeda-beda, namun kata yang diucapkan oleh masing-masing pemain adalah kata yang sama, yakni cak. Namun dalam renganis, cecandetan atau cecangkitan itu dimainkan dalam sebuah lagu. Nada yang disuarakan pemainnya berbeda-beda dan saling candetin sehingga menjadi satu rangkaian nada-nada yang manis.
Nada suara dalam seni renganis menjadi lebih hidup karena dikombinasikan dengan cecandetan yang menyerupai suara katak. Sehingga dalam renganis ada sejumlah pemain yang berfungsi sebagai pengugal, penyandet atau pengokek. Berbeda juga dengan genjek yang lebih banyak memainkan lagu-lagu rakyat yang lebih populer, renganis lebih memilih tembang-tembang yang dikreasikan dari kakawin, kidung dan geguritan.
Tertatih
Seperti juga seni langka lainnya, renganis kini berada di ambang kepunahan. Dulu, hingga tahun 1980-an, renganis masih populer. Setidaknya seni itu masih cukup sering tampail dalam acara-acara adat dan keagamaan yang digelar warga di Penglatan. Namun belakangan seni renganis tampak tumbuh secara tertatih. Sistem regenerasinya juga berjalan lambat. Jika pun masih ada anak muda yang mau belajar seni renganis, jumlahnya sangat sedikit dan itu pun biasanya masih berasal dari keluarga Nyoman Budarsa yang juga merupakan keluarga turunan dari Pan Madra.
Menurut seorang tokoh masyarakat di Pengalatan Drs. I Gusti Putu Teken, di desanya itu kini masih terdapat sekitar 15 anggota renganis yang masih siap tampil jika diperlukan. Anggota renganis itu biasanya sekaligus masuk dalam satu sekeha pesantian yang biasa ikut ngayah dalam acara-acara suka-duka di lingkungan Desa Pakraman Penglatan. Namun tidak semua anggota sekeha pesantian bisa memainkan renganis. Biasanya renganis dipentaskan dalam upacara-upacara khusus yang lebih besar. Untuk mementaskannya diambillah anggota sekeha pesantian yang dinilai mampu memainkan renganis.
Namun belakangan ini tampaknya tak begitu banyak warga yang berminat mempertunjukkan atau menonton renganis. Sehingga praktis kesenian ini lebih banyak istirahat dan bahkan sempat hampir hilang. Namun mereka mensyukuri adanya Pesta Kesenian Bali (PKB) yang memberikan renganis kesempatan untuk menunjukkan diri. Dalam PKB beberapa tahun lalu, renganis juga sempat dimodifikasi dengan berbagai lelampahan tanpa meninggalkan ciri-ciri aslinya dengan model mirip seperti arja. Mulai saat itu renganis ''bangkit'' kembali, kata Teken. *adnyana ole
Penglatan, Sumber Kreasi dan Variasi Seni Suara
SEORANG tokoh masyarakat di Penglatan Drs. I Gusti Putu Teken, berani memastikan bahwa renganis hanya ada di Desa Penglatan. Kalaupun ada sejumlah daerah yang mulai mengembangkan kesenian sejenis, namun ciri khas dari kreasi-kreasi seni suara yang diciptakan oleh seniman-seniman di Penglatan sangat jarang bisa ditiru oleh seniman di daerah lain. Sejak berpuluh-puluh tahun lalu, kata Teken, Desa Penglatan selalu diisi oleh seniman-seniman kreatif di bidang kreasi seni suara dan sastra lisan. Selain Gusti Made Putra dan Pan Madra yang disebutkan oleh Nyoman Budarsa, ada juga seniman lain seperti Ratu Sridarma dan Sridana. Menurut Teken, dua seniman itu merupakan sumber dari penciptaan-penciptaan kreasi seni suara di Desa Pengalatan.
Sejumlah tembang-tembang Bali dari sekar alit, pupuh ginanti, ginada, dandang hingga pangkur selalu diberi variasi-variasi baru. Sehingga di Buleleng dikenal adanya pupuh ginanti versi Pengalatan, ginada versi Penglatan, malat versi Pengalatan dan lain-lain. Renganis juga tercipta dari sejumlah variasi-variasi baru dalam seni suara atau seni tembang di Desa Pengalatan. Renganis itu lebih banyak menggunakan pupuh pangkur atau dandang yang sudah diberi variasi-variasi khas Penglatan. Sehingga jika ada desa lain yang membuat kesenian semacam itu dipastikan tak akan bisa sama dengan yang ada di Pengalatan. Misalnya pupuh dandang itu diberi variasi ongkek-ongkekan yang terinspirasi dari nyanyian katak pada musim hujan. ''Kesenian ini memang ciri khas Desa Penglatan. Kalau pun ada di desa lain, sangat beda dengan di Penglatan,'' katanya.
Hingga kini, semaraknya seni suara atau seni tembang atau biasa disebut seni pesantian masih tampak di Penglatan, meski tak segegap gempita pada zaman Gusti made Putra atau Sridarma. Ini terlihat dari eksisnya sejumlah sekeha pesantian di desa tersebut. Dari empat dusun yang ada di Penglatan, kini terdapat enam sekeha pesantian yang tetap aktif mengembangkan seni tembang di desa itu. Dalam tiap upacara agama seperti odalan di pura, banyak seniman yang tak mendapat kesempatan untuk menunjukkan kepiawiannya menyuarakan tembang-tembang khas Penglatan. Seperti pada upacara odalan yang berlangsung 5 hari belum lama ini, selama 5 hari juga dikumandangkan tembang-tembang secara tak putus-putus, bahkan ada anggota pesantian yang tak kebagian, ujar Teken.
Revitalisasi ''Renganis'' Tugas Siapa?
TENTU sangat disayangkan jika seni renganis yang nyaris punah itu suatu saat nanti benar-benar punah. Secara sentimentil, banyak orang, terutama warga dari Desa Penglatan, akan mengenangnya dengan rasa sedih dan miris. Tapi bagaimana cara menyelamatkan kesenian itu dari kepunahan? Siapa yang bertugas untuk memberi nafas pada sebuah kesenian langka agar tetap terpelihara, setidaknya terpelihara di lingkungan di mana kesenian itu diciptakan.
Wayan Sujana, seniman sekaligus pejabat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng mengakui pemerintah punya tugas untuk membina dan meneruskan keberlanjutan sebuah kesenian di sebuah daerah. Namun tugas itu tentu tak bisa dipegang sendiri oleh pemerintah. Masyarakat pendukung kesenian itu juga perlu menciptakan sebuah sistem pembinaan agar sebuah kesenian langka itu bisa tetap ajeg di daerahnya.
Dalam kasus renganis, Sujana mengatakan pihaknya sudah beberapa kali memberi kesempatan kepada kelompok kesenian itu untuk menunjukkan diri dalam ajang PKB. Hal itu sempat membuat renganis dikenal dan digemari oleh kalangan penikmat seni di Bali Selatan. Namun pemerintah tentu saja tak bisa melakukan hal itu secara terus-menerus, karena banyak jenis kesenian lain yang masih perlu diberi pembinaan.
Untuk itu, Sujana menyarankan agar renganis diberikan kesempatan untuk melakukan pertunjukkan lebih banyak dalam upacara adat maupun agama di desa tersebut. Misalnya menunjukkan diri dalam tiap odalan di pura. Karena menurutnya, renganis sangat cocok dipentaskan dalam upacara adat maupun agama karena kesenian itu juga mirip seperti arja atau gambuh yang memainkan kisah-kisah panji. ''Dengan diberi kesempatan pentas lebih sering, maka masyarakat pendukung dan penikmatnya juga makin meluas,'' katanya.
Secara pribadi, Sujana mengaku sangat menyukai kesenian renganis. Menurutnya, di daerah Tejakula juga terdapat kesenian serupa yang disebut genggong. Sama dengan renganis, kesenian genggong itu dimainkan hanya dengan suara mulut dengan permainan ongkek-ongkekan mirip suara kodok yang dinamis. ''Kedua kesenian itu memang langka dan harus diberi pembinaan terus menerus,'' katanya.
Di sisi lain, Nyoman Budarsa mengatakan renganis kini dianggap keramat di Penglatan sehingga tak bisa dipentaskan di sembarang tempat. Hal itu juga yang membuat kesenian tersebut tidak begitu sering dipertunjukkan. Padahal, jika dipertunjukkan kesenian itu tetap mampu mengundang penonton yang serius maupun penonton yang sekadar ingin tahu. ''Bahkan ongkek-ongkekan yang jenaka sangat disukai penonton,'' katanya.
Label: Renganis
BELAYAG sebagai makanan khas memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Desa Penglatan, 8 km dari kota Singaraja. Makanan yang diramu menjadi satu perpaduan yang lezat ini diyakini masyarakat sebagai warisan turun-temurun. Entah mengapa belayag buatan ibu-ibu rumah tangga desa ini memiliki rasa yang lain jika dibandingkan belayag buatan ibu-ibu desa lainnya. Usaha belayag ini juga membantu ibu-ibu di desa itu untuk menopang penghasilan suami.

Hal tersebut diakui Kepala Desa Penglatan, Made Nariasa, S.E. Menurut Nariasa, dari segi bentuk sama saja dengan desa lainnya, namun dari segi rasa berbeda. Jika dilihat dari bumbunya terlihat sama saja dengan belayag lainnya, itulah yang membuat Nariasa bingung. Tiap pejabat yang mengunjungi desa tersebut, jika disuguhi makanan, yang dipilih pasti belayag.

Hal senada juga diungkapkan penglingsir Desa Penglatan Drs. I Gusti Putu Teken. “Memang banyak orang yang membuat belayag di Buleleng. Namun orang memberikan penafsiran lain pada rasanya,” tutur Gusti Aji, begitu ia akrab disapa.
Sebagian besar ibu di Penglatan berprofesi sebagai penjual belayag. Mereka tak tahu jelas, sejak kapan belayag berkembang di desa itu. Gusti Aji mengungkapkan, saat usianya masih anak-anak, makanan itu sudah menjadi favoritnya. “Dari dulu bentuknya sederhana. Yang berubah hanya harganya,” seloroh Gusti Aji. Sejak kenaikan harga BBM akhir 2008, belayag untuk orang dewasa Rp 2.000 - 3.000, sedangkan untuk anak-anak Rp 1.000.

Gusti Aji optimis, belayag Desa Penglatan dapat dikembangkan menjadi usaha yang besar jika para pedagang mendapat bantuan modal. Selain dijual di warung-warung, belayag juga dijual dari rumah ke rumah. Beberapa orang tampak menjajakan belayag yang disajikan dengan alas daun pisang.

Murah dan Bergizi
Sarapan dengan menyantap belayag adalah salah satu pilihan ibu-ibu yang memiliki kesibukan ekstra. Bagi ibu-ibu yang tak sempat membuat sarapan untuk keluarganya, lebih memilih ke pasar untuk membeli belayag. Makanan ini juga menjadi favorit keluarga pada hari Minggu. Sambil berlari pagi, terlihat beberapa keluarga singgah di tempat penjual belayag. “Kalau hari Minggu, kami pasti mampir untuk beli belayag,” tutur Bu Ana di warung Bu Punagi, penjual belayag.

Belayag terdiri atas ketupat dengan bentuk lonjong, sahur (kelapa parut yang digoreng dengan bumbu), sambal goreng, kedele, daging ayam, dan sayur-sayuran. Kuah kentalnya meleleh. Dengan harga yang terjangkau umum, belayag juga diyakini menahan lapar. “Kalau pagi makan belayag, pasti tak gampang lapar. Mungkin karena banyak gizinya. Kedele ‘kan memiliki gizi tinggi, daging dan sayurnya juga,” tutur Deni yang mengaku kecanduan belayag.

Tipat belayag yang merupakan masakan asli dari Buleleng hingga kini perkembangannya masih eksis. Menu tipat dicampur sayur dan daging serta sambal ini banyak diminati warga perkotaan, sebagai menu sarapan pagi. Harga yang murah dan terjangkau segala kalangan, membuat usaha menu tradisional ini tak pernah sepi pembeli.

Meski tipat belayag tergolong masakan tradisional, tak sembarang warga yang bisa membuatnya. Satu-satunya desa yang dikenal sebagai daerah di mana warga masyarakatnya telaten meracik masakan tipat belayag adalah, Desa Pengelatan, Kecamatan Buleleng. Warga di Desa Pengelatan secara turun-temurun terus melestarikan resep tipat belayag hingga sekarang.

Luh Suasni, penjual tipat belayag asal Banjar Kelodan, Desa Pengelatan, Rabu (2/1) kemarin menceritakan, tipat belayag banyak penggemarnya. Rata-rata dalam satu hari ia membuat tipat belayag hingga 5 kilogram. Kemudian daging ayam sekitar 7 kilogram lebih, dan ditambah sayur urab secukupnya.

Tidak sampai setengah hari tipat belayag racikannya itu habis terjual. ‘’Tak sampai siang hari sudah habis rata-rata hasil berjualan Rp 100.000, terkadang lebih tergantung situasi pembelinya saja,’’ katanya.

Menurut Suasni, untuk membuat tipat belayag dibutuhkan bahan-bahan seperti beras, daging ayam, sayur daun singkong muda, kelapa, kacang kedelai, bumbu lengkap, dan janur.

Pertama beras dibungkus kecil-kecil memanjang kemudian direbus hingga empat jam. Sambil menunggu tipat belayag matang, daging ayam digoreng kering kemudian disisit.

Demikian juga kacang kedelai digoreng kering. Langkah selanjutnya, membuat bumbu dengan mencampurkan tepung beras dan bumbu lengkap. Bumbu ini kemudian dimasak hingga mengental. Sementara untuk membuat sayurnya dibuat dengan cara, daun singkong muda direbus kemudian dipotong kecil-kecil, lalu dicampur dengan bumbu lengkap.

Setelah semua bahan-bahan tadi dimasak langkah selanjutnya tinggal menghindangkan. Caranya, tipat belayag dipotong kecil-kecil kemudian di atasnya ditambah sayur urab dan daging ayam.

Setelah itu, barulah disiram dengan bumbu dan di atasnya ditaburi kacang kedelai, dan sedikit sambal bagi yang senang pedas. ‘’Tipat belayag baik dihidangkan saat panas dan cocok untuk sarapan pagi,’’ jelasnya.

Lebih lanjut Suasni mengatakan, selama ini tipat belayag belum banyak yang mampu dipasarkan di restoran. Ini terjadi lantaran pengusaha tidak banyak yang melirik masakan tradisional seperti belayag ini.

Jika pengusaha restoran mencoba memasarkan tipat belayag Suasni yakin, masakan khas Buleleng ini akan mempu bersaing dengan masakan modern.

Tidak saja itu apabila tipat belayag sudah banyak yang dipasarkan di restoran, tentu warga masyarakat akan bertambah semangat untuk tetap melestarikan masakan yang tidak ada di daerah lain.

Untuk itu, ke depan Suasni menyarankan perlu adanya perhatian pemerintah maupun dari pengusaha makanan agar membantu para pembuat tipat belayag di Buleleng. Misalnya, dengan membantu permodalan termasuk pemasaran yang lebih luas.

Selama ini, diakuinya, perhatian pemerintah belum ada sama sekali untuk usaha tipat belayag ini. Pembuat tipat belayag hanya mengandalkan modal seadanya saja.

Bahkan banyak pembuat tipat belayag yang tak mampu bertahan lantaran kesulitan modal. ‘’Saya yakin tipat belayag masakan yang berpeluang untuk bersaing dalam pasaran makanan saat ini. Untuk menjawab tantangan itu pemerintah hendaknya memberikan dukungan,’’ imbuhnya. *mud

Kalau ke Singaraja, cobalah BELAYAG. Belayag adalah sejenis ketupat tapi berbentuk seperti kue lepat. Asyiknya, belayag itu dimakan pakai ayam suwir, kacang mentik goreng, plus bumbu khusus yang terbuat dari campuran kaldu ayam, bumbu genep, parutan kelapa dan sedikit pengental dari beras yang ditumbuk. Kalo ditambah ama keripik ceker ayam, wuahhhh…tambah lezaat.

Di Singaraja ketupat belayag menjadi penganan sarapan. Tempat pedagangnya antara lain di Balai Banjar Peguyangan, pasar Banyuasri dan pasar Anyar.



1 komentar:

Audi Mas mengatakan...

Terima kasih atas informasi mengenai Desa Penglatan, izin untuk memaparkan informasi ini untuk tugas kuliah saya.

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons